Bulan
Muharram atau yang lebih dikenal masyarakat Jawa dengan nama Bulan Syuro merupakan bulan pertama
dalam kalender Hijriyah. Dalam Alquran dan Alhadits disebutkan bahwa Bulan
Muharram memiliki keagungan yang sangat tinggi dan bukan bulan yang
mendatangkan bencana atau sial, sebagaimana dipahami sebagian besar masyarakat.
Muharram
yang berarti diharamkan atau yang sangat dihormati, merupakan bulan gencatan
senjata (bulan perdamaian). Dalam hadits qudsi, Nabi Muhammad SAW dengan
perkenan Allah SWT dalam firmanNya, menetapkan bahwa bulan Muharram adalah
salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah,
Muharram). Pada bulan-bulan ini, umat
Islam dilarang melakukan peperangan dan tindak kekerasan lainnya, kecuali untuk
mempertahankan diri.
Penetapan
Muharram sebagai bulan pertama tahun penanggalan Islam, Hijriyah. dilakukan oleh
Umar bin Khattab atas saran Ali bin Abi Thalib. Dari berbagai pertimbangan,
akhirnya bulan Muharram disetujui sebagai awal penanggalan Islam dihitung sejak
Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makah ke Madinah, yakni pada hari Senin, 12 Rabi’
al-Awwal, bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M.
Arti
istilah hijrah adalah berpindah, yang
mengandung makna pindah dari tempat lama ke tempat baru, atau pindah dari
kejelekam menuju kebaikan. Sebagai umat Islam baik secara personal maupun
kolektif, seyogyanya. menjadikan bulan Muharram sebagai momentum memasuki babak
barunya untuk berusaha melakukan perpindahan
dalam kehidupan sosial menuju perbaikan sistem demi kebaikan dan kemaslahatan
umat yang lebih luas.
Datangnya
bulan Muharram yang mengawali tahun baru Islam juga dapat menjadi momentum untuk
mengingatkan kembali agar masing-masing mengoreksi dirinya. Mereka dapat
merefleksikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW secara kontekstual, yakni hijrah dari
nilai-nilai yang buruk menuju penciptaan nilai yang lebih baik.
Selain
momentum untuk perpindahan menuju kualitas hidup yang lebih baik, datangnya bulan
Muharram dapat menjadi spirit untuk pengendalian diri demi terciptanya
kedamaian, kerukunan dan ketentraman hidup, baik fisik, sosial, maupun
spiritual. Dengan saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan
lainnya, diharapkan kehidupan sehari-hari akan terasa aman dan nyaman.