Kamis, 28 September 2023

Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

 Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H.  Datangnya hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini, memberi pelajaran kepada umat Islam seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk mengingat kembali pola kehidupannya sehari-hari.


Dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”  Tidaklah berlebihan apabila umat Islam menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh idolanya.

Beberapa Riwayat hadis menyebutkan dalam menjalankan pola kehidupan sehari-hari, Nabi Muhammad SAW selalu menerapkan sifat mulianya yang terdiri dari : sidik, amanah, fathonah, dan tablig. Sidik artinya orang yang jujur, amanah adalah dapat dipercaya, fathonah berarti orang yang pandai atau cerdas, dan tablig artinya orang yang menyampaikan.

Penerapan  sifat yang dimiliki ini, tampak perilaku Nabi Muhammad SAW menunjukkan akhlak mulia yang dapat dijadikan teladan bagi seluruh umatnya. Akhlaknya yang paling mulia selalu menyertakan pendapat yang baik, tidak pernah melakukan hal-hal buruk, berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak.

Selain itu, juga terdapat contoh teladan tentang keagungan seorang manusia. Selama hidupnya mempraktikkan hidup penuh kasih sayang, ramah, toleransi, dan jauh dari sifat-sifat serakah serta pingin menang sendiri.

Apabila umat Islam yang hidup saat ini dapat mempraktekkan pola hidup diatas, niscaya rasa kasih sayang dan kecintaan sesama umat seperti yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW akan dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tidak terlihat berbagai praktek kekerasan dan sejenisnya yang dapat membahayakan dan memprihatinkan semua pihak. Jauh dari rasa iri dan dengki, jauh dari pertengkaran dan adu domba, serta jauh dari saling menjelekkan dan menjatuhkan.

Rasa kasih sayang dan persaudaraan yang dengan gemilang telah dipraktikkan Nabi SAW dan para sahabatnya seyogyanya dapat diteruskan dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Islam sekarang ini. Datangnya Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H tahun 2023 ini, dapat dijadikan momentum untuk mengingat kembali pola kehidupannya saat itu, untuk dijadikan teladan bagi umat Islam yang hidup saat ini dalam menjalani pola kehidupan sehari-hari.

Selamat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H.

Sabtu, 08 Juli 2023

Mengapa Hari Raya Idul Adha Disebut Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban ?

 

Seluruh umat Islam sedunia menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha dengan suka cita Berbagai persiapan sudah dipersiapkan jauh sebelum pelaksanaan hari agung ini. Di masyarakat sering didengar istilah Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban untuk menyebut Hari Raya Idul Adha. Dibawah ini untuk penjabarannya.



            Penyebutan Lebaran Haji untuk Hari Raya Idul Adha tidak lepas dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci setiap bulan Zulhijah. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW,  dalam HR. Abu Daud dari Abd. Al-Rahman bin Yu’mar al-Dailiy, disebutkan bahwa : “Haji itu adalah Wukuf Di ‘Arafah, maka barangsiapa yang mengetahui (wukuf di ‘Arafah) pada malam ‘Arafah, hingga menjelang terbitnya Fajar dari malam berkumpulnya para jama’ah, maka sungguh hajinya telah sempurna”.

            Pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam yang menunaikan wukuf di Padang Arafah yang merupakan ritual ibadah haji yang mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan aktivitas sejenak. Kegiatan ini bertujuan agar jemaah dapat merenungkan diri, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah menerima perintah Allah untuk mengorbankan Nabi Ismail.

Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, bertepatan dengan wukuf di Arafah atau hari Arafah ini disunahkan untuk menjalankan puasa. Ini sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW dalam (HR Muslim : "Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun akan datang."

Ada lagi yang menyebut Hari Raya Idul Adha identik dengan Hari Raya Kurban.  Hal ini bermula dari pengorbanan Nabi Ibrahim Perintah berkurban bagi Muslim yang mampu bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, dalam menunaikan perintah Allah SWT. Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU), saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim bermimpi mengorbankan putra kesayangannya untuk disembelih. Nabi Ismail sendiri merupakan anak pertama Nabi Ibrahim yang lahir setelah penantian panjang. Kala itu, Nabi Ibrahim pun bingung menyikapi mimpinya. Namun, ia tak lantas mengingkari mimpi tersebut. Nabi justru memilih merenungi mimpi dan memohon petunjuk kepada Allah.



Malam berikutnya, mimpi yang sama kembali mendatangi malam Nabi Ibrahim, begitu pula dengan malam ketiga. Setelah memimpikan hal yang sama hingga tiga kali, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan perintah tersebut.

Nabi Ibrahim adalah orang yang patuh, dia menaati perintah Allah SWT meski harus mengorbankan anak yang telah lama dinantikan. Allah SWT kemudian berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 120 yang artinya: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah)." Nabi yang mendapat julukan Abul Anbiya atau Bapak dari Para Nabi ini pun menyampaikan isi mimpi kepada anaknya, sebagaimana tertulis dalam Al Quran Surat Ash-Shaffat ayat 102: "Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!', Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan putranya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing. Kisah ini pun menjadi cikal bakal ibadah kurban dan sebutan Hari Raya Kurban yang dilaksanakan umat Islam setiap 10 Zulhijah.

Menyembelih hewan kurban diperintahkan bagi umat Islam yang mampu menunaikannya. Inilah latar belakang Hari Raya Idul Adha sering disebut Hari Raya Kurban. Hewan yang disembelih untuk ibadah kurban pun beragam, mulai dari sapi, kambing, domba, kerbau, maupun unta.

Sabtu, 01 Juli 2023

Idul Adha Menjadi Momentum Kepedulian Bersama

             Datangnya Hari Raya Idul Adha merupakan saat yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia untuk merayakannya. Terlepas dari perbedaan waktu shalat dan penyembelihan hewan kurban, namun terdapat nilai-nilai tinggi yang dapat diambil dari  hari besar ini.


Persiapan memotong sapi

Ujud perayaan yang dilakukan umat Islam mulai dari takbir bersama sejak sore sampai pagi hari, kemudian dilanjutkan shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban. Dari rentetan kegiatan ini, sebenarnya dapat menjadi momentum untuk dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, sekaligus lebih peduli kepada sesama masyarakat tanpa pandang bulu.

 Nilai ketakwaan ini dapat dilihat dari kisah Ibrahim dan Ismail. Ibrahim tidak hanya patuh dalam melaksanakan perintah Allah SWT, tetapi juga kebijaksanaannya dalam menyampaikan perintah itu kepada anak yang sangat dicintainya. Hal ini merupakan makna takwa yang sebenarnya.

Dalam surat Ash-Shoffat (102) disebutkan saat Ismail berusia remaja, ayahnya (Ibrahim) memanggilnya untuk mendiskusikan sesuatu. Ibrahim menceritakan kepada Ismail bahwa dirinya telah mendapatkan perintah dari Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Saat itu Ibrahim menanyakan kepada Ismail : "Bagaimana menurutmu, wahai Ismail?". Lalu Ismail menjawab : "Wahai ayah, laksanakan perintah Allah SWT yang dimandatkan untukmu. Saya akan sabar dan ikhlas atas segala yang diperintahkanNya". Setelah Ibrahim dan Ismail kedua-duanya ikhlas untuk menjalankan perintah itu, ternyata Allah SWT mengganti Ismail menjadi domba.


Memotong Kambing

Adapun nilai peduli kepada sesama masyarakat tanpa pandang bulu, ini dapat dinilai dari rangkaian penyembelihan hewan kurban. Pembentukan panitia kurban, pengadaan hewan kurban, penyembelihan dan pembagian daging kurban adalah momen untuk menciptakan kerukunan, kebersamaan dan kekompakan yang luar biasa.

Selain itu, daging kurban sebagai sarana mesujudkan kepedulian kepada sesama manusia. Meskipun hanya beberapa hari dan hanya 1 kg daging, namun sangat terasa dapat memberikan kegembiraan dan rasa senang bagi masyarakat, yang akan berdampak terwujudnya kebersamaan di masyarakat. Hal ini juga dapat menjadi sarana untuk menumbuhkembangkan kerukunan, kekompakan, kebersamaan dan kepedulian sosial.

Tidak berlebihan apabila datangnya Hari Raya Idul Adha ini menjadi kesempatan untuk mengingatkan kepada semua umat Islam untuk selalu takwa kepada Alloh SWT, sekaligus lebih mencintai dan peduli kepada masyarakat sosial tanpa pandang bulu.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444H.

Minggu, 18 Juni 2023

Pro Kontra Wisuda TK, SD, SMP dan SMA/K, Inilah Asal Usul Wisuda

 

Belakangan ini wisuda kelulusan dalam jenjang pendidikan TK, SD, SMP hingga SMA/K menjadi sorotan masyarakat, khususnya para orang tua murid. Beberapa argumen yang muncul menyebutkan bahwa wisuda hanya untuk perguruan tinggi. Apabila hal ini dilakukan mulai dari jenjang TK sampai SMA/K, maka dikhawatirkan wisuda menjadi kehilangan makna.

 

Sumber Foto : Finansialku.com 

Tidak terbatas pada hal ini, penolakan wisuda untuk anak TK hingga SMA/K juga dinilai pemborosan dan sangat membebani para orang tua murid, karena mereka harus mengeluarkan uang tidak sedikit demi terselenggaranya acara tersebut. Bagi keluarga dengan ekonomi cukup, hal ini mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagi tingkat ekonomi pas-pasan, akan menjadi tambahan beban keuangan keluarga.

Bahkan tidak sedikit para orang tua yang mengeluhkan hal ini langsung kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim melalui akun Instagram resminya. Mereka mendorong Nadiem selaku pemegang keputusan di dunia pendidikan Tanah Air untuk melarang penyelenggaraan wisuda di sekolah TK hingga SMA.

Namun ada juga beberapa yang berharap bahwa wisuda SMA/K tetap diadakan sebagai kenang-kenangan. Hal ini karena ada sebagian masyarakat yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, sehingga wisuda menjadi momen untuk menciptakan kenang-kenangan terakhir di masa sekolah sebelum mereka akhirnya terjun ke dunia masyarakat. Mereka setuju bahwa yang ditiadakan itu wisuda TK sampai SMP.

Menyikapi hal seperti tersebut diatas, perlu dipahami bersama tentang asal usul wisuda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah "wisuda" berarti peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat. Biasanya diadakan untuk menyatakan kelulusan para sarjana.

Sementara dalam bahasa Inggris, istilah wisuda disebut dengan istilah graduate. Diksi graduate sendiri berasal dari diksi Bahasa Latin. Diksi Graduate berasal dari dua diksi "gradus" dan "step" yang artinya adalah langkah. 

Ada juga yang menyebutkan bahwa kata wisuda awalnya berasal dari Bahasa Jawa ‘wisudha’ yang artinya pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan. Prosesi wisuda pun selalu dilekatkan dengan pakaian toga, yang berasal dari Bahasa Latin ‘tego’ artinya penutup. 

Merujuk dari asal usul wisuda dan melihat kenyataan di masyarakat yang menunjukkan bahwa wisuda dilaksanakan dari jenjang TK sampai SMA/K, maka dibutuhkan duduk bersama dari beberapa pihak yang berseinggungan, mulai dari orangtua siswa, guru sekolah sampai komite sekolah.  Hal ini perlu dilakukan mengingat apapun bentuk dan cara wisuda masing-masing sekolah, semuanya memiliki satu kesamaan yakni mengeluarkan biaya.

Rabu, 28 Desember 2022

Tahun Baru Datang, Tantangan Menghadang

 Tahun baru 2023 tinggal sebentar lagi. Dapat dicermati bersama bahwa semakin hari, perkembangan teknologi melaju pesat yang menjadikan. komunikasi dan informasi semakin cepat dan lancar. Bukan hanya itu, dalam menjalani kehidupan sehar-haripun semakin mudah dan praktis. Memang dari sudut pandang teknologi dan ekonomi semakin berkembang, namun dari sudut pandang aklak dan budi pekerti cenderung menurun.

  


Penurunan akhlak dan budi pekerti ini memang sudah sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadist Bukhari yang berbunyi : ”Tidak datang suatu zaman, kecuali zaman tersebut lebih jelek daripada zaman sebelumnya”. Namun sebagai umat Islam, tidak boleh menyerah dengan sabda ini. Justru akan menjadikan sebagai rambu-rambu, untuk mempersiapkan agar tidak terjerumus dengan kejelekan yang akan terjadi.

 Kenyataan membuktikan, sudah banyak ditemukan dalam masyarakat, mulai usia anak, remaja, dewasa, sampai orang yang sudah tua, baik itu pelajar, warga masyarakat biasa maupun pejabat pemerintah, semakin hari semakin memprihatinkan.  Yamg dapat disaksikan bersama dalam kehidupan sehari-hari antara lain : pergaulan bebas, minuman keras, mengkonsumsi narkoba, tawuran antar pelajar, perselingkuhan, kosupsi dan masih banyak lagi

Mengingat para umat Islam sudah memiliki banyak ilmu agama, seyogyanya dapat membedakan tindakan yang benar dan salah, perilaku  baik dan buruk, perbuatan yang mendatangkan pahala dan dosa serta barang halal dan haram. Ilmu yang telah dimiliki ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berbagai tindakan kurang terpuji seperti tersebut diatas dapat dihindari.

Bangsa Indonesia yang sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam, diharapkan mereka dapat menjadi contoh dan mewarnai dalam kehidupan sehari-hari untuk menghindari atau bahkan memberantas tindakan diatas. Langkah nyata yang dapat ditempuh dengan selalu mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh ataupun mudharat yang akan diterimanya, terhadap  setiap tindakan yang akan dilakukannya.

Akan lebih baik lagi apabila  selalu berusaha menjadi orang Islam yang terbaik. seperti cerita dalam hadist Ibnu Majah. Suatu hari Nabi Muhammad SAW ditanya sahabatnya : "Ya Rasulullah, siapakah orang Islam yang terbaik ?"   Lalu dijawab : "Yang paling baik akhlaqnya."

Datangnya tahun baru 2023 ini, meskipun tantangan semakin berat dalam mempertahankan akhlak dan budi pekerti mulia, namun dengan bekal ilmu agama yang dimiliki disertai niat tulus dan ikhlas untuk menerapkannya dalam berkehidupan sehari-hari, diharapkan Alloh SWT dapat memberi kemudahan dalam menghadapi tantangan mendatang.

Selamat Tahun Baru 2023

Rabu, 21 Desember 2022

Pentingnya Berbakti Pada Ibu

        Setelah menikah dan memiliki anak, seorang wanita berpredikat  sebagai ibu. Peran ganda harus dulakukannya dalam kehidupan sehari-hari seorang ibu. Selain mengatur keberlangsungan rumah tangga, seorang  ibu juga menjadi pendamping suami serta berkewajiban  mendidik dan mendampingi anak-anaknya.

 


            Dalam mengatur rumah tangga, mulai bangun tidur sampai tidur lagi, seorang ibu hampir tidak berhenti bekerja. Dari menyapu, memasak, mencuci piring dan baju sampai tugas lain di rumah, harus dilakukannya hingga tuntas. Sebagai pendamping suami, seorang ibu wajib menghormati dan menghargai suaminya. Memjaga rahasia suami dan mendukung serta membantu kelancaan tugas suaminya.

Dalam mendidik dan mendampingi anak, peran seorang ibu sudah dimulai sejak sembilan bulan masa kehamilan, persalinan, dan terus tumbuh kembang bersama anak hingga anak mampu hidup mandiri. Selama masa kehamilan, selain kondisi fisik tubuh berubah, juga tidak nyaman saat istirahat dan terkadang terasa mual saat makan. Setelah bayi lahir, hampir setiap malam harus begadang agar bayi tidak rewel. Saat anak beranjak dewasa, butuh pendampingan yang ekstra.

            Menjalani hal-hal seperti diatas, dibutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang luar biasa. Meskipun demikian, seorang ibu tidak pernah mengeluh capek dan sejenisnya. Semua dijalani dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Harapannya agar rumah tangga berjalan harmonis dan anak-anak menjadi sholih-sholihat.

Begitu besarnya peran ibu dan beratnya pengorbanan yang diberikan, maka sebagai anak harus berbakti kepadanya.  Hal ini sebagai realisasi dari perintah Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam HR Bukhari. Diisebutkan ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi :  "Siapa orang yang paling pantas untuk mendapatkan aliran kebaikan yang saya lakukan?" Nabi menjawab :  "Ibumu!" Sahabat itu kembali bertanya : “Lalu siapa setelah itu?” Nabi menjawab : “Ibumu.”  Sahabat itu bertanya lagi : “Kemudian siapa?” Nabi menjawab : “Ibumu.” Lalu, setelah itu siapa wahai Nabi?” Nabi menjawab : “Ayahmu”.

            Datangnya bulan Desember 2022 ini, dapat mengingatkan kembali kepada anak-anak di muka bumi ini, agar selalu berusaha berbakti terhadap ibunya. Hal ini juga diperkuat lagi dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam  hadis riwayat Imam Ahmad: "Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu".

Selamat Hari Ibu 2022.

Sabtu, 26 November 2022

Guru Sebagai Tokoh Panutan

        Ada sebagian masyarakat Jawa yang mengartikan istilah guru kependekan dari digugu dan ditiru. Istilah ini mengandung makna bahwa sosok seorang guru harus dapat dipercaya setiap ucapannya dan dicontoh segala tindakan dan perilakunya oleh  para peserta didik.




Kenyataan menunjukkan bahwa para peserta didik akan selalu memperhatikan para gurunya. Saat berada  di sekolah, mereka akan memperhatikan mata pelajaran dan mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan. Sedangkan saat di luar sekolah akan melihat tingkah dan perilaku gurunya. Dengan istilah lain, para peserta didik akan menjadikan guru sebagai figur panutannya.

Sebagai figur panutan, Daoed Yoesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Kabinet Pembangunan III era Presiden Soeharto menyebutkan bahwa seorang guru memiliki tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan.

Memiliki tugas profesional, seorang guru harus meneruskan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain sejenis yang belum diketahui dan yang seharusnya diketahui oleh peserta didik. Memiliki tugas manusiawi, guru harus membantu peserta didik untuk mengembangkan daya berpikirnya sehingga mampu turut serta secara kreatif membentuk peradaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Sedangkan tugas kemasyarakatan, merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan terhadap hal yang telah digariskan oleh bangsa dan negara melalui UUD 1945 dan Pancasila.

Mengacu dari tugas diatas, seorang guru berkewajiban mendidik dan mengajar para peserta didik, mengubah perilaku dan membentuk karakternya. Selain itu, juga diaharapkan dapat menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tentu saja karena contoh, haruslah yang baik, segala tingkah lakunya tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat.

Para guru diharapkan selalu berhati-hati dalam berucap dan berperilaku, karena dibelakangnya ada sosok yang selalu menggugu (mempercaya) dan  meniru (mencontoh). Yang perlu diingat lagi, bahwa  kualitas peserta didik setelah dewasa, sangat  bergantung kepada kualitas gurunya.

            Amanah yang melekat di pundak guru memang berat, tetapi sekaligus menjadi tugas mulia. Untuk memberi penghargaan kepada para guru tersebut, maka Presiden Soeharto melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 78 tahun 1994 menetapkan  pada tanggal 25 November 1994 sebagai Hari Guru Nasional. Tanggal ini dipilih karena bersamaan dengan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

 

Selamat Hari Guru Nasional 2022

Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

  Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H . ...