Minggu, 26 Januari 2020

Memilih Teman Bergaul

Teman dapat memberikan pengaruh positif ataupun negatif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Apabila benar dalam memilih teman, maka akan ada banyak ilmu, hikmah dan manfaat yang bisa dipetik. Namun apabila salah, maka percikan kesalahan itu juga akan menimpanya.

Illustrasi 

Nabi Muhammad SAW memberikan gambaran tentang akibat memilih teman bergaul, yang diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim: “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
Hadis diatas mengandung makna bahwa bergaul dengan teman yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Orang tersebut akan menjadi baik atau minimal akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan temanya. Apabila orang tersebut tidak mendapatkan dua macam kebaikan diatas, masih ada manfaat lain, yakni akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat, karena teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat dan mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan.
Sebaliknya, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak dampak jelek. Dapat memberikan keraguan pada keyakinan yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan dari kebenaran. Selain hal tersebut, teman jelek juga akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya.
Kenyataan membuktikan bahwa banyak orang yang mendapatkan hidayah dan kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman sholih. Namun tidak sedikit orang yang senang mabuk-mabukan, konsumsi narkoba, senang berkelahi, hubungan laki dan perempuan yang hampir tidak ada batasnya, sampai klithih seperti akhir-akhir ini, disebabkan karena pengaruh teman yang salah.
Hidup adalah pilihan, termasuk pula dalam memilih teman. Sama-sama mencari teman, agar dapat bermanfaat pada diri dan orang lain, seyogyanya berusaha memilih teman yang berakhlak baik dan berbudi pekerti mulia. Ingat bahwa baik dan buruknya karakter seseorang sangat tergantung dari siapakah yang menjadi teman dekatnya

Kamis, 23 Januari 2020

Urun Rembug Seputar Klithih


Maraknya aksi klithih di wilayah Yogyakarta belakangan ini menimbulkan keresahan warga. Yang lebih memprihatinkan, pelaku kebanyakan terdiri dari para remaja usia dibawah 20 tahun yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Meskipun aparat keamanan dalam hal ini kepolisian sudah bertindak tegas dan memberi hukuman, namun tindakan serupa selalu terulang kembali. 

Illustrasi

Sebenarnya terjadinya aksi klithih ini tidak melulu kesalahan anak, tetapi ada akar permasalahan yang saling berkaitan. Bukan berarti penulis membela para pelaku dan membenarkan tindakan meresahkan tersebut, namun lebih bermaksud untuk mencari penyebab sampai terjadinya aksi klithih yang cenderung berulang-ulang ini.
Berdasarkan laporan, kebanyakan pelaku klithih berasal dari keluarga “broken home” (keretakan rumah tangga). Keluarga yang mengalami hal demikian ini, biasanya komunikasi  tidak harmonis. Bukan hanya komunikasi antara suami dan istri, tetapi komunikasi terhadap anak bisa dianggap terputus. Orangtua lebih mementingkan egonya sendiri sampai perhatian kepada anak terabaikan.
 Padahal anak usia dibawah 20 tahun masih membutuhkan bimbingan dan perhatian dari orangtuanya. Apabila hal ini tidak diperoleh dari dalam keluarga di rumah, maka anak akan mencari orang yang mau memperhatikan dan mendengarkan keinginannya. Hal terakhir inilah salah satu dari sekian banyak penyebab terjadinya klithih yang marak akhir-akhir ini.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya penyebab terjadinya klitih ada dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor internal meliputi karakter diri dan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan. Dari semua penyebab tersebut, keluarga memiliki andil paling besar terhadap terjadinya klithih. Apabila para orangtua dapat berkomunikasi baik dengan anaknya, niscaya segala nasihat akan didengar dan perintah akan dijalankan
Seyogyanya orangtua mengetahui aktivitas harian anaknya. Saat anak belum pulang ke rumah pada jam seperti biasanya, sebaiknya menanyakan keberadaannya. Hal ini bukan berarti memata-matai segala gerak-gerik anak, namun bertujuan untuk menghidupkan komunikasi keluarga dan secara tidak langsung anak merasa diperhatikan. Dengan demikian, anak juga akan mempertimbangkan saat mau melakukan hal yang membahayakan diri dan orang lain.
Upaya aparat keamanan melalui kepolisian yang sudah bersungguh-sungguh selama ini, akan sia-sia apabila tidak ada dukungan dari warga masyarakat. Keluarga dalam sebuah rumah tangga yang merupakan warga masyarakat paling kecil, memiliki peran sangat besar dalam menanggulangi klithih ini.

Rabu, 15 Januari 2020

Menjauhi Sifat Munafik

Dalam hadis Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa terdapat tiga tanda orang munafik, yaitu bila berkata dusta, bila berjanji mengingkari dan bila dipercaya khianat. Apabila dalam diri seorang muslim memiliki salah satu saja dari ketiga tanda tersebut, maka harus segera membuangnya.
Memang sifat munafik itu hampir sulit dikenali, karena orang yang memiliki sifat ini biasanya berusaha meniru perbuatan orang-orang beriman. Mereka  turut shalat, berpuasa, bahkan sudah menunaikan ibadah haji, namun sebenarnya hatinya lalai. Selalu mencoba tampil manis di depan orang-orang, agar setiap yang melihatnya terkecoh dengan pencitraan. Padahal Allah SWT Maha Tahu terhadap segala yang dikerjakan hambaNya.  

Illustrasi orang munafik

Selain tindakan yang berhubungan dengan ibadah kepada Alloh SWT  berupa shalat, puasa, sedekah dan amalan baik lainnya, tanda-tanda munafik ini juga banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Masih banyak muslim, baik sebagai warga masyarakat biasa maupun warga yang memegang jabatan di pemerintahan, menampakkan tanda-tanda seperti diatas.
Ada orang yang mengaku beragama Islam, namun perkataannya tidak sesuai dengan tindakannya, baik melalui tulisan atau rekaman video yang diuanggah di media sosial. Tidak sedikit tokoh masyarakat dan pejabat negara yang tidak menepati janjinya dengan berbagai alasan. Banyak pula amanah yang tidak sampai kepada orang yang berhak menerimanya.
Sebagai seorang muslim yang benar imannya haruslah selalu berusaha mengingkari, menyelisihi dan menjauhi tanda-tanda munafik seperti diatas. Tindakan nyata yang dapat dilakukan antara lain bersikap ikhlas dalam setiap langkah sehari-hari, baik berhubungan ibadah kepada Alloh SWT maupun hubungan sosial dengan orang lain dalam masyarakat. Didukung dengan doa dan selalu menjauhi hal-hal yang dilarang dalam Alquran dan Alhadis maupun Undang-Undang dan peraturan yang berlaku di negara dan masyarakat, niscaya akan terbentuk muslim berkualitas, terhindar dari sifat kemunafikan. .
Alangkah indahnya bangsa Indonesia ini yang notabene memiliki jumlah muslim lebih dari 87% dari seluruh penduduknya, apabila masing-masing warganya dapat terhindar dari ketiga tanda munafik diatas. Setiap perkataan tidak ada dusta, setiap berjanji pasti ditepati dan apabila diberi amanat dapat dipercaya.

Selasa, 14 Januari 2020

Klithih dan Ketahanan Keluarga


Pada awalnya, istilah klitih memiliki arti melakukan aktivitas yang tidak jelas untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai. Seiring berjalannya waktu, klitih mengalami pergeseran makna. Klitih kini identik dengan aksi kekerasan yang dilakukan para remaja. Terlepas dari definisi tersebut, namun maraknya aksi klithih di wilayah Yogyakarta akhir-akhir ini menimbulkan keresahan warga.
Akibat aksi tersebut, semua pihak dirugikan baik dari segi fisik, materi dan psikologis. Rugi fisik berupa korban dari cedera ringan, cedera berat bahkan hingga kematian. Rugi materi, berupa beaya berobat, kendaraan rusak ataupun rumah warga yang salah sasaran. Rugi psikologis dialami korban yang trauma saat terkena benda-benda tajam yang melukai tubuhnya.

Gambar : Illustrasi 

Berdasarkan data dari Polda DIY terkait aksi klithih, pada tahun 2017 terdapat 44 kasus kejahatan jalanan dengan menangkap 101 tersangka. Tahun 2018 polisi berhasil mengungkap 49 kasus dengan menangkap 101 tersangka. Awal bulan Januari 2020 aksi klithih juga berhasil diungkap dengan menangkap dan menghukum semua pelakunya. Yang lebih memprihatinkan, sebagian besar pelakunya terdiri dari remaja usia SMP dan SMA.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaku klitihih bukan hanya berasal dari keluarga kurang beruntung, broken home atau sejenisnya, tetapi ada juga dari keluarga baik-baik. Pada intinya,  kebanyakan orangtua mereka tidak tahu apabila anaknya sampai sadis berani melukai orang lain tanpa bersalah.
Penyebab Klithih
Meskipun pihak kepolisian telah menegakkan hukum sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, namun pada kenyataannya tidak menimbulkan efek jera bagi para pelakunya. Dibutuhkan kerjasama berbagai pihak mulai dari keluarga, sekolah, komunitas dan pemerintah untuk menanggulangi dan mencegahnya.
Upaya pencegahan akan lebih efektif, apabila masing-masing pihak memahami beberapa faktor terjadinya klithih. Setidaknya, terdapat empat faktor yang menyebabkan terjadinya klitih, yakni : faktor internal, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor  lingkungan.
Faktor internal berasal dari dalam individu seseorang, yang menyangkut mindset dalam pikirannya. Seberapa jauh mereka dapat mengimplementasikan tentang  cara solidaritas.
Faktor keluarga  bersangkutan dengan komunikasi setiap anggota keluarga. Apabila perhatian didalam keluarga kurang, yang berakibat komunikasi tidak harmonis, mengakibatkan anak mencari perhatian di luar rumah dan akan berkomunikasi dengan orang yang tidak diketahui kualitasnya. 
Faktor sekolah, berhubungan dengan kualitas pengajaran selama kegiatan belajar mengajar. Meskipun sekolah dituntut untuk meraih prestasi akademik setiap anak didiknya, juga perlu diberi pendidikan akhlak dan budi pekerti.
Faktor  lingkungan juga tidak kalah penting pengaruhnya terhadap terjadinya klithih, dalam hal ini memilih teman bergaul. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada umatnya untuk memilih teman bergaul yang baik. Digambarkan, apabila seseorang dekat dengan tukang tempa besi, niscaya dia akan terkena percikan abu panas. Apabila seseorang dekat dengan penjual parfum, niscaya dia akan berbau harum, meskipun tidak membeli parfumnya.  
Dari keempat faktor diatas, faktor keluarga sangat berperan untuk mempengaruhi ketiga faktor lainnya.

Ketahanan Keluarga
Sebenarnya, maraknya aksi klithih yang belakangan terjadi, tidak mutlak salahnya pelaku, tetapi tidak terlepas dari peran keluarga. Anak merupakan amanah dasri Alloh SWT yang diberikan kepada orangtua untuk dipelihara, dididik, didampingi dan dilindungi sampai dewasa. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 B ayat 1yang berbunyi :  "Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah." Dilanjutkan  ayat 2, : "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi."
Langkah nyata dari pelaksanaan Undang-Undang diatas, setiap orangtua dapat menjalankan 8 fungsi keluarga secara optimal, yaitu fungsi agama, cinta kasih, perlindungan, ekonomi, pendidikan, reproduksi, sosial budaya, dan fungsi lingkungan. Apabila fungsi ini berjalan, niscaya akan terwujud iklim sakinah (tenteram), mawaddah (saling mencintai), dan rahmah (saling menyayangi). Keluarga demikian ini akan menciptakan setiap anggotanya merasakan baiti jannati (rumahku surgaku) dalam keluarganya, yang menyebabkan setiap  individu merasa nyaman di dalam rumah.
Keluarga merupakan fondasi utama dalam membangun sistem dan tatanan sosial sehingga ketahanan keluarga yang merupakan basis ketahanan nasional harus dimiliki setiap anggotanya. Apabila ketahanan keluarga dapat dijaga, niscaya aksi klithh lambat laun akan berkurang dan bahkan hilang sama sekali.

Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

  Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H . ...