Maraknya aksi klithih di
wilayah Yogyakarta belakangan ini menimbulkan keresahan warga. Yang lebih
memprihatinkan, pelaku kebanyakan terdiri dari para remaja usia dibawah 20
tahun yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Meskipun aparat keamanan
dalam hal ini kepolisian sudah bertindak tegas dan memberi hukuman, namun
tindakan serupa selalu terulang kembali.
Illustrasi
Sebenarnya terjadinya aksi
klithih ini tidak melulu kesalahan anak, tetapi ada akar permasalahan yang
saling berkaitan. Bukan berarti penulis membela para pelaku dan membenarkan
tindakan meresahkan tersebut, namun lebih bermaksud untuk mencari penyebab sampai
terjadinya aksi klithih yang cenderung berulang-ulang ini.
Berdasarkan laporan,
kebanyakan pelaku klithih berasal dari keluarga “broken home” (keretakan
rumah tangga). Keluarga yang mengalami hal demikian ini, biasanya
komunikasi tidak harmonis. Bukan hanya komunikasi
antara suami dan istri, tetapi komunikasi terhadap anak bisa dianggap terputus.
Orangtua lebih mementingkan egonya sendiri sampai perhatian kepada anak
terabaikan.
Padahal anak usia dibawah 20 tahun masih
membutuhkan bimbingan dan perhatian dari orangtuanya. Apabila hal ini tidak
diperoleh dari dalam keluarga di rumah, maka anak akan mencari orang yang mau
memperhatikan dan mendengarkan keinginannya. Hal terakhir inilah salah satu
dari sekian banyak penyebab terjadinya klithih yang marak akhir-akhir ini.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya
penyebab terjadinya klitih ada dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi karakter diri dan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah
dan lingkungan pergaulan. Dari semua penyebab tersebut, keluarga memiliki andil
paling besar terhadap terjadinya klithih. Apabila para orangtua dapat
berkomunikasi baik dengan anaknya, niscaya segala nasihat akan didengar dan
perintah akan dijalankan
Seyogyanya orangtua mengetahui
aktivitas harian anaknya. Saat anak belum pulang ke rumah pada jam seperti
biasanya, sebaiknya menanyakan keberadaannya. Hal ini bukan berarti
memata-matai segala gerak-gerik anak, namun bertujuan untuk menghidupkan
komunikasi keluarga dan secara tidak langsung anak merasa diperhatikan. Dengan
demikian, anak juga akan mempertimbangkan saat mau melakukan hal yang
membahayakan diri dan orang lain.
Upaya aparat keamanan melalui
kepolisian yang sudah bersungguh-sungguh selama ini, akan sia-sia apabila tidak
ada dukungan dari warga masyarakat. Keluarga dalam sebuah rumah tangga yang
merupakan warga masyarakat paling kecil, memiliki peran sangat besar dalam
menanggulangi klithih ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar