Kamis, 23 Januari 2020

Urun Rembug Seputar Klithih


Maraknya aksi klithih di wilayah Yogyakarta belakangan ini menimbulkan keresahan warga. Yang lebih memprihatinkan, pelaku kebanyakan terdiri dari para remaja usia dibawah 20 tahun yang notabene merupakan generasi penerus bangsa. Meskipun aparat keamanan dalam hal ini kepolisian sudah bertindak tegas dan memberi hukuman, namun tindakan serupa selalu terulang kembali. 

Illustrasi

Sebenarnya terjadinya aksi klithih ini tidak melulu kesalahan anak, tetapi ada akar permasalahan yang saling berkaitan. Bukan berarti penulis membela para pelaku dan membenarkan tindakan meresahkan tersebut, namun lebih bermaksud untuk mencari penyebab sampai terjadinya aksi klithih yang cenderung berulang-ulang ini.
Berdasarkan laporan, kebanyakan pelaku klithih berasal dari keluarga “broken home” (keretakan rumah tangga). Keluarga yang mengalami hal demikian ini, biasanya komunikasi  tidak harmonis. Bukan hanya komunikasi antara suami dan istri, tetapi komunikasi terhadap anak bisa dianggap terputus. Orangtua lebih mementingkan egonya sendiri sampai perhatian kepada anak terabaikan.
 Padahal anak usia dibawah 20 tahun masih membutuhkan bimbingan dan perhatian dari orangtuanya. Apabila hal ini tidak diperoleh dari dalam keluarga di rumah, maka anak akan mencari orang yang mau memperhatikan dan mendengarkan keinginannya. Hal terakhir inilah salah satu dari sekian banyak penyebab terjadinya klithih yang marak akhir-akhir ini.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya penyebab terjadinya klitih ada dua faktor, yakni internal dan eksternal. Faktor internal meliputi karakter diri dan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan. Dari semua penyebab tersebut, keluarga memiliki andil paling besar terhadap terjadinya klithih. Apabila para orangtua dapat berkomunikasi baik dengan anaknya, niscaya segala nasihat akan didengar dan perintah akan dijalankan
Seyogyanya orangtua mengetahui aktivitas harian anaknya. Saat anak belum pulang ke rumah pada jam seperti biasanya, sebaiknya menanyakan keberadaannya. Hal ini bukan berarti memata-matai segala gerak-gerik anak, namun bertujuan untuk menghidupkan komunikasi keluarga dan secara tidak langsung anak merasa diperhatikan. Dengan demikian, anak juga akan mempertimbangkan saat mau melakukan hal yang membahayakan diri dan orang lain.
Upaya aparat keamanan melalui kepolisian yang sudah bersungguh-sungguh selama ini, akan sia-sia apabila tidak ada dukungan dari warga masyarakat. Keluarga dalam sebuah rumah tangga yang merupakan warga masyarakat paling kecil, memiliki peran sangat besar dalam menanggulangi klithih ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ajak Pengguna Memulai Perjalanan Inovasi, ASUS Keluarkan Zenfone 11 Ultra

  Zenfone 11 Ultra (Sumber : ASUS Indonesia)              ASUS berusaha terus menerus menata ulang teknologi hari ini untuk hari esok. Salah...