Kamis, 21 Februari 2019

Makanan Halal di Zaman Milenial


Memasuki era industri 4.0 yang juga sering disebut zaman milenial, sebagian besar sendi kehidupan tidak terlepas dari dunia digital. Berbagai informasi dan komunikasi menjadi lebih cepat dan praktis, yang memanjakan setiap manusia. Termasuk pula dalam hal makanan, sebagian besar juga ingin mudah dan cepat tanpa menghiraukan kehalalannya.
Padahal halal dan haramnya sebuah makanan, akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam kegiatan senhari-hari. Hal ini sangatlah beralasan, karena makanan memberi energi bagi manusia dan juga berfungsi dalam menjaga kesehatan seseorang. Maka ada pepatah yang menyebutkan bahwa “Kamu adalah apa yang kamu makan”, sangat relevan diterapkan pada saat ini.

Makanan Halal dan Manfaatnya
Kata makan dapat diartikan sebagai aktivitas memasukkan makanan kedalam tubuh untuk menjaga kondisi dan kesehatan. Dengan awalan me- dan akhiran -an, terbentuk kata makanan yang merupakan  segala sesuatu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Makanan ini dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan yang kesemuanya dapat  membuat kenyang. Selain menghilangkan rasa lapar, makanan juga dapat memberikan tenaga bagi tubuh manusia yang memakannya



Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti membolehkan, memecahkan, membebaskan dan lainnya. Dengan demikian, makanan halal diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan diperbolehkan dalam syariat agama. Melihat Makna tersebut maka sebenarnya jangkauan halal dalam hal makanan adalah sangat luas yang didalamnya termasuk hewan dan tumbuhan sebagai sumber makanan bagi manusia.
Perlu diketahui bahwa, makanan halal sedikitnya harus memenuhi dua syarat, yakni halal zatnya dan halal cara memperolehnya. Halal zatnya apabila didalamnya terkandung zat sesuai dengan ketentuan agama baik berasal dari hewan maupun tumbuhan. Selain kandungan zatnya halal, cara memperolehnya juga harus dengan cara halal pula. Suatu  makanan yang zatnya halal dapat menjadi haram apabila diperoleh melalui hasil mencuri, menipu, hasil riba, korupsi dan lain sejenisnya.
Sebenarnya makanan tidak hanya sekedar untuk mengisi perut dan menyehatkan badan saja, akan tetapi juga harus tinggi akan kandungan gizi dan harus memiliki nilai halal. Beberapa manfaat dari makanan halal antara lain :
1.      Menjauhi Sumber Penyakit. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, maka sistem kekebalan tubuh bisa semakin meningkat untuk melawan penyakit.
2.      Sumber Tenaga. Makanan yang dicerna tubuh akan berubah menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk beraktivitas sehari-hari.
3.      Menjaga Hati dan Akal. Mengkonsumsi hanya makanan halal juga nantinya akan berpengaruh positif pada pikiran dan juga hati seseorang. Mengkonsumsi makanan halal juga akan menjauhi diri dari kekerasan hati yang nantinya membuat seseorang juga tidak mampu melihat kesusahan orang lain dan tidak mau memberi bantuan pada orang tersebut
4.      Memberikan ketenangan dalam kehidupan dan kegiatan sehari hari.
Begitu banyaknya manfaat makanan halal ini, maka  DinasKoperasi dan UKM DIY yang memeiliki mitra para pelaku usaha kuliner, bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DIY, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Indonesia serta Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DIY menggelar pameran bertajuk : Jogja Halal Food Expo 2019



Makanan di Zaman Milenial
            Banyaknya makanan cepat saji yang tumbuh subur bagaikan jamur akhir-akhir ini, membuat masyarakat terlena dengan prinsip dan tujuan dasar makan. Mereka hanya berorientasi mengikuti makanan trend masa kini tanpa mempedulikan kehalalannya, yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi terhadap pola hidup dan kesehatannya.


            
          Sudah selayaknya masyarakat dapat memilah dan memilih jenis makanan yang halal, sehingga dapat memperoleh manfaat untuk jangka waktu mendatang. Sebenarnya banyak potensi daerah di kawasan Provinsi Daerah Istimewa Yogtakarta (DIY) yang dapat memenuhi masyarakat di zaman milenial ini.  Ratusan pelaku usaha kuliner binaan PLUT DIY yang sudah diberi pembekalan dan pelatihan untuk menghasilkan makanan yang berkualitas, namun tetap menjaga kehalalannya.
            Beberapa mitra binaan tersebut, saat ini mempertontonkan hasil olahannya pada acara  Jogja Halal Food Expo 2019 yang diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC), Jl. Janti, Banguntapan Yogyakarta pada 20 -24 Februari 2019. Diikuti oleh 120 stand yang terdiri dari produk makanan, miuuman dan oleh-pleh khas Yogyakarta. Meskipun semua bahan mentah dari semua makanan tersebut berasal dari lokal, namun tetap halal yang selalu mengikuti selera generasi di zaman milenial.

Minggu, 17 Februari 2019

Mulailah Dari Hal Kecil


Setiap orang hampir dipastikan ingin sukses dalam hidupnya. Meskipun banyak macam definisi kata “sukses”, namun dalam kontek sekarang ini, kita buat sepakat bahwa sukses adalah bila seseorang sudah dapat mencapai terhadap hal yang diangan-angan dan cita-citakan.
Boleh saja memiliki cita-cita setinggi langit dan itu memang harus dilakukan, agar menjadi motivasi diri.
Yang perlu difahami bahwa semua tersebut perlu waktu dan proses. Mulailah melakukan dan merubah sesuatu yang kecil dan kelihatan remeh, karena hal tersebut apabila dilakukan dengan rutin dan konsisten akan mengakibatkan hal besar.



Untuk merealisasikan hal ini, saya jadi teringat pesan seorang ahli seputar “Hasrat Untuk Berubah”, saya tulis seperti aslinya berikut ini :  

Ketika diriku muda dan bebas
Dan angan-anganku tanpa batas
Aku berniat mengubah dunia

Seiring diriku tumbuh dan lebih bijak
Kudapati dunia tak kunjung berubah
Naka kusederhanakan wawasan dan
Keputusanku hanya mengubah negeri-ku
Namun ternyata sia-sia

Saat diriku menapak tahun-tahun senjakala
Dalam suatu tekad penghabisan
Kutetapkan untuk mengubah keluargaku saja
Mereka yang akrab denganku
Namun apadaya mereka menolak

Dan kini saat terbaring diriku diranjang kematian
Barulah aku menyadari
Seandainya saja aku mengubah diriku sendiri sebagai panutan
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku dengan keteladanan, kegigihan dan kobaran semangat mereka
Pasti bisa ku memperbaiki negeriku dan siapa tahu diriku bahkan berhasil mengubah dunia


Sudah saatnya masing-masing dari kita untuk dapat melakukan hal terbaik agar dapat dimanfaatkan untuk diri sendiri dan orang lain.
Ada hal yang sangat prinsip dalam hidup, namun kebanyakan orang menganggap hal kecil dan sepele. Padahal sebenarnya malahan menjadi hal utama, yakni menghormati Ibu.
Sudahkah ada yang melakukan rutin? 


Sabtu, 09 Februari 2019

Indahnya Kebersamaan Umat Islam


Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Tidak hanya terbatas pada sesama manusia, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan dan semua yang ada di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Alnbiya` (107) yang berbunyi : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
Diantara semua makhluk tersebut, yang paling mulia adalah manusia, karena diberik pikiran dan perasahaan sehingga dapat mengatur dan mengendalikan makluk lainnya. Namun dibalik itu, manusia juga termasuk makluk yang lemah karena untuk melakukan kelancaran sesuatu membutuhkan bantuan manusia lain. Disinilah sikap kebersamaan manusia sangat dibutuhkan.  

Umat Islam Adalah Saudara
            Dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa semua nabi menyebarkan Islam. Zabur sebagai kitab suci umat Islam pada zaman Nabi Daud, Taurot sebagai kitab suci umat Islam pada zaman nabi Musa dan Injil sebagai kitab suci umat Islam di zaman nabi Isa. Walaupun sebenarnya dari sisi aqidah tidak ada perbedaan dengan nabi-nabi sebelumnya. Yang berbeda hanya syariat, sebab terkadang ada tata cara berbeda tentang sholat dan puasa antara ajaran satu nabi dengan nabi yang lain. Dan seluruh syariat nabi terdahulu secara otomatis telah dihapus seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Penerapan Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin dalam kaitannya dengan sesama manusia, mengandung arti bahwa tidak ada pembedaan antara muslim dan non muslim atas rahmat dunia. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat menyeluruh, sehingga orang-orang non-muslim pun mendapatkan ke-rahman-an di dunia. Selain itu, Islam merupakan agama yang pluralis, karena mengakui keberadaan semua bangsa, mengakui seluruh lapisan masyarakat dan juga mengakui semua agama. Dengan adanya kesadaran untuk menghargai pluralisme merupakan bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
Sudah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Mengacu dari keterangan di atas, seyogyanya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Untuk mewujudkan hal ini, maka dibutuhkan pendidikan akhlak dan budi pekerti bagi setiap warganya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua, wajib untuk belajar tentang agama yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Harus dipahami bahwa setiap muslim drngan muslim yang lain merupakan satu kesatuan utuh, yang masing-masing harus saling memperkuat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis Muslim yang berbunyi : “Orang iman dengan orang iman yang lain adalah seperti sebuah bangunan. Satu sama lain saling memperkuat”.  Masing-masing bagian bangunan memiliki fungsi yang berbeda dan semuanya saling memperkuat, sehingga terwujud rumah yang nyaman dihuni, mulai dari pondasi, dinding, lantai, pintu sampai atap.
Selain dapat digambarkan sebuah bangunan, kebersamaan sesama muslim juga dapat diibaratkan sebagai tubuh manusia yang satu. Dalam hadis Bukhori, disebutkan bahwa : “Perumpamaan orang Islam yang saling mengasihi dan mencintai satu sama lain ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit”. Apapun yang menimpa pada diri manusia, semua bagian tubuh ikut merasakannya. Contoh sederhana pada saat kepala merasa pusing, maka suhu badan meningkat. Akibatnya kaki merasa berat untuk melangkah da tangan terkadang sulit digerakkan. Bahkan mulut juga menderita, karena segala makanan yang masuk kedalamnya semuanya terasa pahit.
Hal ini hanyalah sebuah gambaran kecil salah satu kegiatan rutin harian yang membutuhkan kerjasama seluruh bagian tubuh. Masih banyak kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kerjasama antar organ tubuh.

Kewajiban Umat Islam
Perlu diketahui bahwa orang Islam memiliki kewajiban vertikal dan horisontal. Kewajiban vertikal yakni beribadah kepada Alloh SWT sesuai perintay-Nya dalam surat Adz-dzariyaat (56) yang berbunyi : “Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku”. Dalam menjalankan ibadah di negara Indonesia sudah dilindungi dalam UUD 1946 pasal 29 ayat 2  berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masingdan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”. Sangat banyak cabang ibadah yang dapat dilakukan sesuai yang tercantum dalam Alquran dan Alhadis.
Sedangkan kewajiban horisontal menyangkut hubungan sosial sesama orang Islam dan manusia pada umumnya. Hal inilah sama pentingnya dengan kewajiban vertikal, karena keduanya berkaitan. Apabula orang Islam memiliki hubungan baik di masyarakat, niscaya kewajiban vertikal juga lancar tidak ada gangguan. Apalagi di negara Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku, agama dan budaya ini dibutuhkan toleransi dan semangat kebersamaan yang tinggi.
K.H. Ma`ruf Amin sebagai ketua MUI beberapa waktu lalu pernah mengatakan bahwa : “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku””. Kalimat ini mengandung arti bahwa untuk memilih agama dan kepercayaan menjadi hak pribadi masing-masing individu, namun untuk urusan dunia/kemasyarakatan, mereka harus saling menghormati dan menjaga perasaan, saling membantu dan tolong-menolong, sehingga dapat berjalan bersama dan memperkuat satu sama lain.
Menghormati dan menjaga perasaan perlu dilakukan, karena masing-masing orang Islam memiliki hak yang harus dihormati dan dijaga perasaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berkata yang baik dan enak didengar, melalui ucapan dan tulisan di media cetak maupun elektronik. Apabila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang Islam, niscaya tidak ada lagi saling ejek, saling fitnah baik dengan ucapan langsung maupun melalui media sosial. Bahkan berita hoax (bohong) yang akhir-aklhir ini begitu mudah menyebar di dunia maya, tidak akan ditemukan lagi.
Saling membantu dan tolong-menolong juga perlu dilakukan pada saat ada orang Islam yang terkena musibah, baik sakit badan, kurang pangan atau penderitaan lainnya. Meskipun bantuan dan pertolongan yang diberikan hanya hal kecil dan sepele, namun bagi orang yang menderita merasa sangat terbantu dan diperhatikan. Prinsipnya setiap orang pasti mengalami musibah dan penderitaan, yang berbeda hanya waktu dan tingkatannya, sehingga hal yang sama juga dapat menimpa orang lain.

Semangat Kebersamaan
Bicara tentang kebersamaan dalam Islam, saya kemudian teringat dua buah ayat yang dengan tegas menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga kekuatan dan kebersamaan antar kita. Pertama, dimana Allah berfirman dalam surat Ali Imran (103):  Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Diperkuat lagi dalam surat Al An'am (153) yang berbunyi :”dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”.
Berdasarkan dua firman diatas, tampak bahwa kunci dari kemenangan Islam tiada lain adalah kuatnya kebersamaan dan ukhuwah diantara kaum muslimin. Hal ini dikisahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadis Abu Daud :
Hampir saja umat-umat menyerang kalian dari segala penjuru, bagaikan rayap-rayap yang menyerang tempat makannya sediri” Lalu para sahabat bertanya, “Apakah jumlah kita waktu itu sedikit ya Rasulullah?”
“Tidak,” jawab Nabi Muhammad SAW, “Malahan pada waktu itu kalian berjumlah sangat banyak, tetapi kalian seperti buih pada air banjir. Sesungguhnya Allah SWT telah mencabut kewibawaan kalian dan pada waktu yang sama Allah menanamkan wahn dalam hati kalian.” Para sahabat bertanya, “Apa wahn itu? Nabi Muhammad SAW menjawab, "Cinta dunia dan takut mati."
Apabila diamati dan dirasakan tampak bahwa hal yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW  ratusan tahun silam tersebut, sama persis dengan keadaan yang menimpa umat Islam saat ini. Kaum muslim yang pada saat ini berjumlah lebih dari 1,4 milyar orang yang tersebar dalam 50 negara seolah tidak berdaya dalam kancah kehidupan manusia. Persatuan yang telah dijalin berabad-abad silam, saat masa Muhammad SAW  masih hidup lalu dilanjutkan oleh para sahabat dan Khulafahur Rasyidin, kini sekakan dihancurkan oleh umat Islam sendiri.
Gelombang kekerasan atas nama agama sekarang sudah seperti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kaum muslimin. Umat Islam yang yang sudah terpola kedalam berbagai golongan mengklaim adalah golongan yang paling benar. Akibat klaim saling benar ini kemudian menjadi konflik, bahkan berakhir dengan pertumpahan darah.
Beberapa media masa, baik elektronik maupun cetak yang memberitakan keadaan beberapa umat Islam yang berada di Palestina, Irak, Afganistan, Libanon dan masih banyak daerah lain yang dalam keadaan menderita. Jangankan untuk berdagang, bertani, bersekolah, untuk hidup-pun mereka harus berjuang.
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa hal tersebut sudah takdir dari Alloh SWT. Anggapan seperti ini merupakan  pikiran picik bagi orang-orang yang egois dan hanya memahami islam secara dangkal. Ingat bahwa bahwa takdir adalah ujung dari usaha manusia.
Betapa indahnya kebersamaan yang seharusnya terjalin dalam islam, seperti kebersamaan dalam tubuh kita yang tanpa dikomando sekalipun sudah tahu harus melakukan apa. Kebersamaan yang dimiki oleh umat islam diikat oleh sesuatu yang bernama aqidah. Sebuah ikatan yang sangat kuat, menembus batas suku bangsa, negara, bahasa, ras, kota, pulau, bahkan benua sekalipun. Sekali seseorang bersahadat dan ia tetap dalam sahadatnya itu, maka ia adalah saudara kita.
Contoh terbaik kebersamaan umat islam yang harus menjadi contoh tauladan bagi umat yang hidup saat ini adalah ketika zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang biasa dikenal sebagai kaum muhajirin dan anshor. Begitu kuatnya ikatan antar umat islam di kala itu, seakan-akan seperti saudara kandung sendiri. Orang-orang anshor berlomba-lomba memberikan bantuan kepada kaum muhajirin yang datang dari Mekah. Mereka melakukannya dengan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah SWT.
Apabila merenung lebih dalam lagi, kondisi umat islam saat ini sangat memprihatinkan. Masih ada yang mempermasahkan antara yang memakai Qunut dengan yang tidak, masih mempermasalahkan antara mengeraskan bacaan basmillah dalam membaca Alfatihah pada shalat dengan yang tidak dan masih banyak lagi. Bahkan lebih parah lagi,  beberapa orang begitu mudah mengkafirkan orang lain hanya karena kepentingan sesaat. Padahal dalam Alquran dan Alhadis sudah dijelaskan bahwa seseorang dikatakan kafir atau sesat apabila akidahnya sudah melenceng dari ajaran agama Islam. Salah satu contohnya mengakui ada Tuhan selain Allah, ada nabi selain Nabi Muhammad SAW dan praktek amalan ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Tampak bahwa umat islam saat ini mayoritas lebih sibuk dengan kelompoknya masing-masing. Mereka lebih percaya dengan pemimpin kelompoknya yang terkadang ’secara tak sadar’ telah mengalahkan tingkat kepercayaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini menyebabkan apapun yang dikatakan oleh Sang Pemimpin, langsung dipegang teguh. Akibatnya ada kelompok yang menganggap orang islam di luar golongan mereka adalah kafir, kotor, najis, bahkan halal untuk dibunuh.
Semua orang tahu bahwa kebenaran hanya milik Allah SWT, bukan milik satu golongan. Bahkan para imam madzhab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa diri (madzhab) merekalah yang paling benar. Imam Abu Hanifah (Hanafi) pernah berkata: “Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya”. Imam Malik (Maliki) juga pernah bekata: “Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Alquran dan hadis, maka ambillah, dan bila tidak sesuai dengan Alquran dan hadis, maka tinggalkanlah”. Imam Syafi’i, juga mengatakan hal yang sama :  Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Nabi Muhammad SAW, peganglah hadits Nabi Muhammad SAW itu dan tinggalkanlah pendapatku itu”.  Begitupun dengan Imam Ahmad bin Hambal (Hambali): “Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.”
Begitulah para imam madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan. Bahkan diantara imam madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa masalah furu’, mereka tidak saling membid’ahkan dan menyesatkan satu sama lain. Mereka menganjurkan untuk menelaah terhadap hadisnya dan jika ada hadis yang lebih kuat (quwwatut dalil), maka  silahkan diambil hadis tersebut.
Indahnya kebersamaan, itulah kata yang pantas untuk umat Islam. Karena dengan kebersamaan, akan terbentuk persatuan dan lahirlah sebuah kekuatan. Terjalinnya rasa persaudaraan sesama muslim adalah sesuatu yang agung dan mampu menciptakan suasana yang harmonis serta selaras. Tidak peduli dimana muslim itu berada, persaudaraan bisa terus terjalin. Ukhuwah Islamiyah harus tetap terjaga. Karena hakikatnya sesama muslim itu adalah bersaudara.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujurat (10) :  "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu." Apabila rasa persaudaraan sudah tertanam dalam hati pribadi setiap muslim maka otomatis akan timbul rasa kasih sayang dan saling membantu satu sama lainnya tatkala mendapat kesulitan/kesusahan.
Seperti itulah Nabi Muhammad SAW menggambarkan kehidupan muslim yang seharusnya. Apabila muslim yang satu mendapat kesusahan maka muslim yang lain siap membantunya sehinga akan terciptalah kedamaian yang penuh cinta kasih dan tidak akan ada lagi kesenjangan sosial.
Islam itu indah, seindah dan semulia pribadi-pribadi muslim yang selalu siap membantu saudaranya. Kebersamaan dan silaurahmi (ukhuwah Islamiyah) di dunia yang hanya sementara ini akan berubah menjadi kebersamaan yang abadi kelak di akhirat dalam naungan safa'at dan ridho-Nya. Hal ini dapat ditempuh dengan menjalankan roda kehidupan yang sejalan dengan ajaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT menciptakan manusia dengan keahlian dan kepintaran yang berbeda. Semuanya bertujuan  untuk saling memberi dan saling mengambil manfaat dalam menjalani kehidupan. Orang kaya tidak bisa hidup tanpa orang kurang mampu. Sebagai contoh orang kaya pasti membutuhkan orang lain yang bisa membantu seperti pembantu rumah tangga, supir dan lainnya. Demikian pula orang yang kurang mampu tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan mengupahnya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan kebersamaan dalam kehidupan sehari harinya. Allah SWT menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang kaya, ada yang miskin, dan seterusnya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat  Az-Zukhruf (32) :  Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Keberagaman suku, agama dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia menjadikan energi setiap warganya untuk saling berjalan bersama, tanpa memperdulikan tingkat ekonomi dan jabatan. Ajaran yang ada didalam agama Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk semua semua Islam, sehingga dapat menjadikan kebersamaan sebagai landasan utama dalam pedoman sikap sehari-hari.


Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

  Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H . ...