Selasa, 18 September 2018

Diskominfo DIY Peduli Kaum Difabel


Dengan kemajuan teknologi informasi, membuat perkembangan & pertumbuhan pengusaha di Indonesia semakin meningkat.  Akibatnya, sebuah trend tempat kerja bersama (co working space) juga bermunculan. Namun kebanyakan co working space yang ada saat ini belum mempedulikan kenyamanan bagi kaum difabel. Padahal mereka memiliki hak yang sama dengan orang normal pada umumnya.
Melihat kenyataan demikian ini mendorong Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membidik sebuah ruang publik yang minimalis untuk mendirikan co working space yang inklusif dan aksesibel.


Kaum Difabel
Sebenarnya para kaum difabel tidak perlu dikasihani, namun harus diberikan pendampingan dan fasilitas yang memadai agar mereka bisa berkarya dengan hasil yang luar biasa. Kenyataan menunjukkan bahwa kaum difabel juga memiliki banyak kelebihan yang bahkan lebih baik dari nondifabel
Namun saat ini masih banyak ditemui para kaum difabel tidak bisa berperan aktif secara luas di lingkungan sosialnya, karena terkendala fasilitas.  Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk memberi kebebasan ruang gerak bagi mereka adalah dengan penyediaan co working space yang inklusif dan aksesibel.
Hal ini harus dilakukan pemerintah melalui dinas terkaut agar kaum difabel memiliki hak untuk memperoleh akses terhadap informasi, sejalan dengan arah kebijakan inklusi. Kebijakan inklusi pada intinya adalah bagaimana meminimalkan hambatan yang dihadapi, menyediakan akses yang tepat dan memberi ruang bagi kaum difabel untuk berpartisipasi


Diskominfo Co Working Space (DCS)
Belum lama ini, Diskominfo DIY meresmikan co working space yang inklusif dan aksesibel dengan nama Diskominfo Co Working Space (DCS). Fasilitas baru tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan oleh kaum difabel untuk mengembangkan gagasan kreatifnya.


Tujuan co working space yang inklusif adalah untuk menempatkan cara pandang individu atau kelompok lain para pecandu teknologi serta pengusaha baru, dalam melihat dunia kerja yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, guna mendalami suatu permasalahan. Selama ini permasalahan yang dihadapi para pengusaha baru adalah tempat kerja (kantor).
Adapun coworking space yang aksesibel terbagi dalam dua bentuk, yakni aksesibel fisik dan non-fisik. Co working space yang aksesibel fisik meliputi bangunan yang minimalis, tata letak ruang, kamar kecil, literary, ruang rapat atau diskusi, halaman dan transportasi. Semua tersebut bertujuan untuk kemudahan, kegunaan, keselamatan, dan kemandirian.
Agar fungsinya dapat maksimal, maka  co working space aksesibel fisik ini juga dibarengi dengan aksesibel non-fisik yang meliputi  pelayanan informasi, jaringan internet, jaringan listrik serta pelayanan umum berupa akses untuk penyadang disabilitas. Kedua aksesibel ini harus berjalan beriringan dan tidak bisa dipisah-pisahkan
Meskipun beberapa wilayah di Yogyakarta sudah terdapat co working space, namun baru Diskominfo Co Working Space (DCS) rintisan Diskominfo  DIY yang dirancang ramah difabel. Ruang berkarya, meja diskusi, kamar mandi, pintu, semua ramah difabel. Harapannya agar kaum difabel juga memiliki fasilitas yang setara dengan lainnya. Fasilitas baru itu diharapkan bisa dimanfaatkan oleh kaum difabel untuk mengembangkan gagasan kreatifnya.
            DCS ini tidak hanya untuk para pengusaha baru, tetapi bisa juga untuk seseorang yang memiliki bisnis digital secara individu hingga para freelancer, dari newbie hingga profesional yang membutuhkan tempat untuk bekerja di luar rumah namun serasa kantor sendiri. Tidak terlepas pula pengusaha baru dari kaum difabel.
            Saat ini tidak sedikit kaum difabel yang menjadi pengusaha dengan memanfaatkan teknologi, namun hasilnya belum maksimal. Dibutuhkan dorongan, pendampingan dan fasilitas memadai, agar potensi yang mereka miliki dapat menghasilkan sesuatu yang luar biasa. DCS rintisan Diskominfo  DIY sudah memulainya dengan dukungan yang nyata.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Pagelaran TIK yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY”.

Rabu, 05 September 2018

Peduli Kepada Sesama



Untuk mencoba ketaqwaan hamba-Nya, Alloh SWT akan memberikan cobaan berupa musibah terhadap mereka. Hamba yang berhati taqwa akan sabar dan tabah menerima musibah tersebut karena memahami bahwa segala hal yang terjadi di muka bumi ini, sudah ditakdir oleh Alloh SWT. 



Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis Muslim yang berbunyi : “Allah telah menulis takdirnya makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan beberapa langit dan bumi” , maka setiap hamba tidak akan terkejut terhadap peristiwa yang terjadi di muka bumi. Musibah atau peristiwa apapun yang diberikan dan dibuat oleh Alloh SWT pasti ada hikmahnya.
Termasuk gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat belum lama ini. Gempa berkekuatan 7 skala richter (SR) tersebut memang mengakibatkan banyak korban, baik harta, benda maupun nyawa. Namun hal tersebut mengingatkan masyarakat untuk saling peduli terhadap sesama.
Perasaan duka bukan hanya dirasakan para korban beserta keluarganya, namun juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal  tersebut tampak dengan penggalangan dana dari berbagai pihak terus mengalir.  Selain pemerintah yang melaksanakan amanat Undang-undang untuk melindungi rakyatnya, banyak perusahaan swasta dan beberapa lembaga sosial masyarakat berusaha meringankan beban penderitaan mereka.
Inilah hikmah dari musibah yang dahsyat tersebut. Masyarakat diingatkan kembali bahwa kita semua adalah saudara yang harus saling peduli. Setiap hamba berkewajiban menghibur kepada teman yang sedih, membantu kepada teman yang membutuhkan bantuan dan menolong kepada teman yang membutuhkan pertolongan.
 Sebagai hamba yang taqwa kepada Alloh SWT  akan selalu mengikuti segala perintah-Nya. Selain menjalankan rukun Islam yang menjadi pedoman dalam ajaran beribadah, juga diperintah untuk peduli terhadap sesama. Maka tidak mengherankan apabila penggalangan dana untuk membantu korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, bergerak cepat di seluruh pelosok tanah air.
Dengan sibuknya para korban mengurusi harta, benda dan keluarganya, serta masyarakat sibuk dengan bantuan yang akan diberikan, mereka tidak sempat lagi menjelekkan pihak lain. Meski saat ini menjelang pemilu yang suasana sedikit memanas, akan baur dan lebur dengan sikap saling peduli sesama.
Inilah salah satu hikmah dari musibah yang diberikan oleh Alloh SWT untuk mengingatkan hamba-Nya. Masih banyak hikmah lain bagi hamba yang mau merenung dan memahaminya.





Tulisan ini tayang di harian Kedaulatan Rakyat, Jumat, 10 Agustus 2018 rubrik MUTIARA JUMAT

Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

  Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H . ...