Sabtu, 09 Februari 2019

Indahnya Kebersamaan Umat Islam


Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Tidak hanya terbatas pada sesama manusia, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan dan semua yang ada di muka bumi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Alnbiya` (107) yang berbunyi : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
Diantara semua makhluk tersebut, yang paling mulia adalah manusia, karena diberik pikiran dan perasahaan sehingga dapat mengatur dan mengendalikan makluk lainnya. Namun dibalik itu, manusia juga termasuk makluk yang lemah karena untuk melakukan kelancaran sesuatu membutuhkan bantuan manusia lain. Disinilah sikap kebersamaan manusia sangat dibutuhkan.  

Umat Islam Adalah Saudara
            Dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa semua nabi menyebarkan Islam. Zabur sebagai kitab suci umat Islam pada zaman Nabi Daud, Taurot sebagai kitab suci umat Islam pada zaman nabi Musa dan Injil sebagai kitab suci umat Islam di zaman nabi Isa. Walaupun sebenarnya dari sisi aqidah tidak ada perbedaan dengan nabi-nabi sebelumnya. Yang berbeda hanya syariat, sebab terkadang ada tata cara berbeda tentang sholat dan puasa antara ajaran satu nabi dengan nabi yang lain. Dan seluruh syariat nabi terdahulu secara otomatis telah dihapus seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Penerapan Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin dalam kaitannya dengan sesama manusia, mengandung arti bahwa tidak ada pembedaan antara muslim dan non muslim atas rahmat dunia. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat menyeluruh, sehingga orang-orang non-muslim pun mendapatkan ke-rahman-an di dunia. Selain itu, Islam merupakan agama yang pluralis, karena mengakui keberadaan semua bangsa, mengakui seluruh lapisan masyarakat dan juga mengakui semua agama. Dengan adanya kesadaran untuk menghargai pluralisme merupakan bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
Sudah diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Mengacu dari keterangan di atas, seyogyanya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Untuk mewujudkan hal ini, maka dibutuhkan pendidikan akhlak dan budi pekerti bagi setiap warganya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai orang tua, wajib untuk belajar tentang agama yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Harus dipahami bahwa setiap muslim drngan muslim yang lain merupakan satu kesatuan utuh, yang masing-masing harus saling memperkuat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis Muslim yang berbunyi : “Orang iman dengan orang iman yang lain adalah seperti sebuah bangunan. Satu sama lain saling memperkuat”.  Masing-masing bagian bangunan memiliki fungsi yang berbeda dan semuanya saling memperkuat, sehingga terwujud rumah yang nyaman dihuni, mulai dari pondasi, dinding, lantai, pintu sampai atap.
Selain dapat digambarkan sebuah bangunan, kebersamaan sesama muslim juga dapat diibaratkan sebagai tubuh manusia yang satu. Dalam hadis Bukhori, disebutkan bahwa : “Perumpamaan orang Islam yang saling mengasihi dan mencintai satu sama lain ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit”. Apapun yang menimpa pada diri manusia, semua bagian tubuh ikut merasakannya. Contoh sederhana pada saat kepala merasa pusing, maka suhu badan meningkat. Akibatnya kaki merasa berat untuk melangkah da tangan terkadang sulit digerakkan. Bahkan mulut juga menderita, karena segala makanan yang masuk kedalamnya semuanya terasa pahit.
Hal ini hanyalah sebuah gambaran kecil salah satu kegiatan rutin harian yang membutuhkan kerjasama seluruh bagian tubuh. Masih banyak kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari yang membutuhkan kerjasama antar organ tubuh.

Kewajiban Umat Islam
Perlu diketahui bahwa orang Islam memiliki kewajiban vertikal dan horisontal. Kewajiban vertikal yakni beribadah kepada Alloh SWT sesuai perintay-Nya dalam surat Adz-dzariyaat (56) yang berbunyi : “Tidak Aku jadikan jin dan manusia kecuali beribadah kepada-Ku”. Dalam menjalankan ibadah di negara Indonesia sudah dilindungi dalam UUD 1946 pasal 29 ayat 2  berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masingdan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”. Sangat banyak cabang ibadah yang dapat dilakukan sesuai yang tercantum dalam Alquran dan Alhadis.
Sedangkan kewajiban horisontal menyangkut hubungan sosial sesama orang Islam dan manusia pada umumnya. Hal inilah sama pentingnya dengan kewajiban vertikal, karena keduanya berkaitan. Apabula orang Islam memiliki hubungan baik di masyarakat, niscaya kewajiban vertikal juga lancar tidak ada gangguan. Apalagi di negara Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku, agama dan budaya ini dibutuhkan toleransi dan semangat kebersamaan yang tinggi.
K.H. Ma`ruf Amin sebagai ketua MUI beberapa waktu lalu pernah mengatakan bahwa : “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku””. Kalimat ini mengandung arti bahwa untuk memilih agama dan kepercayaan menjadi hak pribadi masing-masing individu, namun untuk urusan dunia/kemasyarakatan, mereka harus saling menghormati dan menjaga perasaan, saling membantu dan tolong-menolong, sehingga dapat berjalan bersama dan memperkuat satu sama lain.
Menghormati dan menjaga perasaan perlu dilakukan, karena masing-masing orang Islam memiliki hak yang harus dihormati dan dijaga perasaannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berkata yang baik dan enak didengar, melalui ucapan dan tulisan di media cetak maupun elektronik. Apabila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang Islam, niscaya tidak ada lagi saling ejek, saling fitnah baik dengan ucapan langsung maupun melalui media sosial. Bahkan berita hoax (bohong) yang akhir-aklhir ini begitu mudah menyebar di dunia maya, tidak akan ditemukan lagi.
Saling membantu dan tolong-menolong juga perlu dilakukan pada saat ada orang Islam yang terkena musibah, baik sakit badan, kurang pangan atau penderitaan lainnya. Meskipun bantuan dan pertolongan yang diberikan hanya hal kecil dan sepele, namun bagi orang yang menderita merasa sangat terbantu dan diperhatikan. Prinsipnya setiap orang pasti mengalami musibah dan penderitaan, yang berbeda hanya waktu dan tingkatannya, sehingga hal yang sama juga dapat menimpa orang lain.

Semangat Kebersamaan
Bicara tentang kebersamaan dalam Islam, saya kemudian teringat dua buah ayat yang dengan tegas menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga kekuatan dan kebersamaan antar kita. Pertama, dimana Allah berfirman dalam surat Ali Imran (103):  Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Diperkuat lagi dalam surat Al An'am (153) yang berbunyi :”dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa”.
Berdasarkan dua firman diatas, tampak bahwa kunci dari kemenangan Islam tiada lain adalah kuatnya kebersamaan dan ukhuwah diantara kaum muslimin. Hal ini dikisahkan Nabi Muhammad SAW dalam hadis Abu Daud :
Hampir saja umat-umat menyerang kalian dari segala penjuru, bagaikan rayap-rayap yang menyerang tempat makannya sediri” Lalu para sahabat bertanya, “Apakah jumlah kita waktu itu sedikit ya Rasulullah?”
“Tidak,” jawab Nabi Muhammad SAW, “Malahan pada waktu itu kalian berjumlah sangat banyak, tetapi kalian seperti buih pada air banjir. Sesungguhnya Allah SWT telah mencabut kewibawaan kalian dan pada waktu yang sama Allah menanamkan wahn dalam hati kalian.” Para sahabat bertanya, “Apa wahn itu? Nabi Muhammad SAW menjawab, "Cinta dunia dan takut mati."
Apabila diamati dan dirasakan tampak bahwa hal yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW  ratusan tahun silam tersebut, sama persis dengan keadaan yang menimpa umat Islam saat ini. Kaum muslim yang pada saat ini berjumlah lebih dari 1,4 milyar orang yang tersebar dalam 50 negara seolah tidak berdaya dalam kancah kehidupan manusia. Persatuan yang telah dijalin berabad-abad silam, saat masa Muhammad SAW  masih hidup lalu dilanjutkan oleh para sahabat dan Khulafahur Rasyidin, kini sekakan dihancurkan oleh umat Islam sendiri.
Gelombang kekerasan atas nama agama sekarang sudah seperti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kaum muslimin. Umat Islam yang yang sudah terpola kedalam berbagai golongan mengklaim adalah golongan yang paling benar. Akibat klaim saling benar ini kemudian menjadi konflik, bahkan berakhir dengan pertumpahan darah.
Beberapa media masa, baik elektronik maupun cetak yang memberitakan keadaan beberapa umat Islam yang berada di Palestina, Irak, Afganistan, Libanon dan masih banyak daerah lain yang dalam keadaan menderita. Jangankan untuk berdagang, bertani, bersekolah, untuk hidup-pun mereka harus berjuang.
Ada beberapa orang yang beranggapan bahwa hal tersebut sudah takdir dari Alloh SWT. Anggapan seperti ini merupakan  pikiran picik bagi orang-orang yang egois dan hanya memahami islam secara dangkal. Ingat bahwa bahwa takdir adalah ujung dari usaha manusia.
Betapa indahnya kebersamaan yang seharusnya terjalin dalam islam, seperti kebersamaan dalam tubuh kita yang tanpa dikomando sekalipun sudah tahu harus melakukan apa. Kebersamaan yang dimiki oleh umat islam diikat oleh sesuatu yang bernama aqidah. Sebuah ikatan yang sangat kuat, menembus batas suku bangsa, negara, bahasa, ras, kota, pulau, bahkan benua sekalipun. Sekali seseorang bersahadat dan ia tetap dalam sahadatnya itu, maka ia adalah saudara kita.
Contoh terbaik kebersamaan umat islam yang harus menjadi contoh tauladan bagi umat yang hidup saat ini adalah ketika zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat yang biasa dikenal sebagai kaum muhajirin dan anshor. Begitu kuatnya ikatan antar umat islam di kala itu, seakan-akan seperti saudara kandung sendiri. Orang-orang anshor berlomba-lomba memberikan bantuan kepada kaum muhajirin yang datang dari Mekah. Mereka melakukannya dengan ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah SWT.
Apabila merenung lebih dalam lagi, kondisi umat islam saat ini sangat memprihatinkan. Masih ada yang mempermasahkan antara yang memakai Qunut dengan yang tidak, masih mempermasalahkan antara mengeraskan bacaan basmillah dalam membaca Alfatihah pada shalat dengan yang tidak dan masih banyak lagi. Bahkan lebih parah lagi,  beberapa orang begitu mudah mengkafirkan orang lain hanya karena kepentingan sesaat. Padahal dalam Alquran dan Alhadis sudah dijelaskan bahwa seseorang dikatakan kafir atau sesat apabila akidahnya sudah melenceng dari ajaran agama Islam. Salah satu contohnya mengakui ada Tuhan selain Allah, ada nabi selain Nabi Muhammad SAW dan praktek amalan ibadah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Tampak bahwa umat islam saat ini mayoritas lebih sibuk dengan kelompoknya masing-masing. Mereka lebih percaya dengan pemimpin kelompoknya yang terkadang ’secara tak sadar’ telah mengalahkan tingkat kepercayaannya kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini menyebabkan apapun yang dikatakan oleh Sang Pemimpin, langsung dipegang teguh. Akibatnya ada kelompok yang menganggap orang islam di luar golongan mereka adalah kafir, kotor, najis, bahkan halal untuk dibunuh.
Semua orang tahu bahwa kebenaran hanya milik Allah SWT, bukan milik satu golongan. Bahkan para imam madzhab sendiri tidak pernah mengklaim bahwa diri (madzhab) merekalah yang paling benar. Imam Abu Hanifah (Hanafi) pernah berkata: “Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya”. Imam Malik (Maliki) juga pernah bekata: “Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Alquran dan hadis, maka ambillah, dan bila tidak sesuai dengan Alquran dan hadis, maka tinggalkanlah”. Imam Syafi’i, juga mengatakan hal yang sama :  Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Nabi Muhammad SAW, peganglah hadits Nabi Muhammad SAW itu dan tinggalkanlah pendapatku itu”.  Begitupun dengan Imam Ahmad bin Hambal (Hambali): “Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.”
Begitulah para imam madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan. Bahkan diantara imam madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa masalah furu’, mereka tidak saling membid’ahkan dan menyesatkan satu sama lain. Mereka menganjurkan untuk menelaah terhadap hadisnya dan jika ada hadis yang lebih kuat (quwwatut dalil), maka  silahkan diambil hadis tersebut.
Indahnya kebersamaan, itulah kata yang pantas untuk umat Islam. Karena dengan kebersamaan, akan terbentuk persatuan dan lahirlah sebuah kekuatan. Terjalinnya rasa persaudaraan sesama muslim adalah sesuatu yang agung dan mampu menciptakan suasana yang harmonis serta selaras. Tidak peduli dimana muslim itu berada, persaudaraan bisa terus terjalin. Ukhuwah Islamiyah harus tetap terjaga. Karena hakikatnya sesama muslim itu adalah bersaudara.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujurat (10) :  "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu." Apabila rasa persaudaraan sudah tertanam dalam hati pribadi setiap muslim maka otomatis akan timbul rasa kasih sayang dan saling membantu satu sama lainnya tatkala mendapat kesulitan/kesusahan.
Seperti itulah Nabi Muhammad SAW menggambarkan kehidupan muslim yang seharusnya. Apabila muslim yang satu mendapat kesusahan maka muslim yang lain siap membantunya sehinga akan terciptalah kedamaian yang penuh cinta kasih dan tidak akan ada lagi kesenjangan sosial.
Islam itu indah, seindah dan semulia pribadi-pribadi muslim yang selalu siap membantu saudaranya. Kebersamaan dan silaurahmi (ukhuwah Islamiyah) di dunia yang hanya sementara ini akan berubah menjadi kebersamaan yang abadi kelak di akhirat dalam naungan safa'at dan ridho-Nya. Hal ini dapat ditempuh dengan menjalankan roda kehidupan yang sejalan dengan ajaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT menciptakan manusia dengan keahlian dan kepintaran yang berbeda. Semuanya bertujuan  untuk saling memberi dan saling mengambil manfaat dalam menjalani kehidupan. Orang kaya tidak bisa hidup tanpa orang kurang mampu. Sebagai contoh orang kaya pasti membutuhkan orang lain yang bisa membantu seperti pembantu rumah tangga, supir dan lainnya. Demikian pula orang yang kurang mampu tidak dapat hidup tanpa orang kaya yang mempekerjakan dan mengupahnya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan kebersamaan dalam kehidupan sehari harinya. Allah SWT menciptakan manusia beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang kaya, ada yang miskin, dan seterusnya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat  Az-Zukhruf (32) :  Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Keberagaman suku, agama dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia menjadikan energi setiap warganya untuk saling berjalan bersama, tanpa memperdulikan tingkat ekonomi dan jabatan. Ajaran yang ada didalam agama Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk semua semua Islam, sehingga dapat menjadikan kebersamaan sebagai landasan utama dalam pedoman sikap sehari-hari.


1 komentar:

  1. Saatnya saling membantu dan memperhatikan, sehingga kebersamaan selalu melekat

    BalasHapus

Ajak Pengguna Memulai Perjalanan Inovasi, ASUS Keluarkan Zenfone 11 Ultra

  Zenfone 11 Ultra (Sumber : ASUS Indonesia)              ASUS berusaha terus menerus menata ulang teknologi hari ini untuk hari esok. Salah...