Alloh SWT menciptakan sesuatu di dunia ini dalam keadaan berpasangan, antara lain ada benar ada salah. Termasuk pula tindakan setiap manusia dalam menjalankan kegiatan sehari-hari pasti ada yang benar dan salah. Dalam hal tindakan benar, semua manusia pasti mau mengakui bahwa hal tersebut dirinya yang melakukan. Tetapi apabila melakukan kesalahan, hanya sedikit yang mau nmengakuinya.
Dalam ilmu psikologi, dikenal
istilah defense mechanism, yakni strategi mempertahankan diri yang
dilakukan oleh ego untuk lepas dari kecemasan atau dari sesuatu yang tidak
mengenakkan. Bentuknya ada beberapa macam, yakni rasionalisasi (mempertahankan
diri dengan cara mencari-cari alasan yang masuk akal untuk pembenaran), represi
(menghindari keadaan yang menyakitkan dengan cara menekannya ke dalam diri
sehingga seolah-olah tidak ada masalah), dan proyeksi (strategi mempertahankan diri
dengan cara menyalahkan orang lain sebagai penyebab dari permasalahan yang
dialami).
Berdasarkan teori diatas,
menunjukkan bahwa setiap orang akan berusaha menghindar dari kesalahannya
sendiri. Padahal langkah tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan, mengingat tindakan kesalaham juga sudah ditulis dalam
qodar Alloh SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalam HR
Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139 yang berbunyi : “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan
sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”.
Sebagai umat Islam yang juga
termasuk anak turun Nabi Adam AS,
otomatis tidak akan terhindar dari kesalahan itu. Memamng pada
kenyataannya, mengakui kesalahan tidak mudah dan bahkan sebagian merasa malu.
Harus diyakini bahwa melakukan kesalahan tidak akan merusak hidup seseorang, asalkan
mau memperbaiki keadaan dengan bertanggung jawab.
Alangkah indahnya apabila
sikap seperti ini daspat dilakukan oleh setiap manusia yang ada di dunia
termasuk Indonesia, mulai dari warga biasa, para tokoh masyarakat dan tokoh agama sampai para pejabat negara.
Mereka menjadikan kesalahan sebagai koreksi untuk terus belajar memperbaiki
diri sebagai manusia yang berakal budi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar