Selasa, 15 Oktober 2019

Pingin Buku Murah, Malah Bikin Marah

Membahas seputar pembajakan buku, saya jadi teringat pada masa kuliah di Jogja beberapa tahun lalu. Bahkan peristiwa tesebut masih hangat teringat sampai sekarang. Saat itu saya diberitahu oleh teman tentang tempat jual buku yang harganya “agak miring” alias lebih murah. Tanpa pikir panjang, saya langsung tertarik dan pingin memburunya.

Sumber foto : ngobrolin.id

Maklum saja, karena sebagai mahasiswa yang kos dan tinggal berjauhan dari orangtua, potongan harga ibarat dewa penolong yang bikin gembira. Dengan selisih 30% lebih murah dari harga normal, saya rela memburunya meskipun jaraknya lumayan jauh dari tempat kos. Sudah puluhan buku dengan berbagai tema, saya peroleh dari tempat “murah” tersebut. Kebanyakan yang saya beli bertema motivasi dan pendidikan yang banyak diterbitkan Penerbit Mizan.
Teknis membeli buku “murah” tersebut memang kelihatan agak ribet, namun saya menikmatimya. Langkah pertama saya pergi ke toko buku resmi yang sudah punya nama besar, dengan tujuan dapat melihat harganya. Setelah ditemukan judul buku lengkap dengan banderol harganya, saya langsung ke  tempat menjual buku “murah”. Uang dari potongan harga, biasanya saya gunakan untuk membeli jajanan makanan yang agak beda dari hari biasanya.
Memang sesaat setelah mendapatkan buku, hati merasa bangga dan berbunga-bunga, karena bisa mendapatkan buku dengan judul dan penerbit sama dengan, tetapi harga lebih murah. Namun seiring berjalannya waktu, buku hasil membeli di tempat “murah” tersebut, lambat laun terbuka titik terangnya. Mulai dari jilidan buku yang mudah lepas dan mengakibatkan lembar setiap halamannya berantakan, sampai ketajaman cetakan nmulai pudar, semuanya membuat emosi dan tidak jarang muncul rasa marah. Inilah buku bajakan yang dihasilkan beberapa oknum demi keuntungan sepihak.
Rasa marah yang terpendam saat melihat dan membaca buku bajakan, bingung mau ditujukan kepada siapa, karena saat itu saya telah memutuskannya sendiri. Salah satu langkah mencegah  rasa marah tidak muncul lagi, mulai saat itu saya tidak lagi membeli buku di tempat yang “murah” sampai sekarang. Saya menghargai kreativitas para penulis yang telah mencurahkan tenaga, ide dan pikirannya untuk ditularkan kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Begitu pula menghargai kepada penerbit yang telah mewujudkan buku berkualitas sebagai bahan bacaan yang nyaman dibaca, termasuk Penerbit Mizan di dalamnya.
Yang menjadi keprihatinan bersama, meskipun pemerintah sudah membuat kebijakan serta ancaman bagi pembajakan buku, namun sampai saat ini pembajakan buku masih marak terjadi. Sudah saatnya masyarakat sadar untuk mendukung upaya pemerintah dalam larangan pembajakan buku dengan cara membeli buku di tempat atau toko buku yang resmi.  
Buku berkualitas bagus yang ditandai dengan kuatnya jilidan dan tajamnya hasil cetakan, membuat enak dan nyaman dibaca. Sebaliknya, buku dengan jilidan rapuh dan cetakannya pudar, yang merupakan salah satu ciri buku hasil bajakan, tidak enak dibaca bahkan dapat menimbulkan nafsu marah saat membacanya. Ayo bersama-sama mendukung pemerintah dalam upaya pencegahan pembajakan buku dengan tidak membajak karya penulis dan penerbit, serta menghindari membeli buku bajakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ajak Pengguna Memulai Perjalanan Inovasi, ASUS Keluarkan Zenfone 11 Ultra

  Zenfone 11 Ultra (Sumber : ASUS Indonesia)              ASUS berusaha terus menerus menata ulang teknologi hari ini untuk hari esok. Salah...