Datangnya
Idul Adha akan mengingatkan umat Islam terhadap Ibrahim dan Ismail. Ibrahim tidak
hanya patuh dalam melaksanakan perintah Allah SWT, tetapi juga kebijaksanaannya
dalam menyampaikan perintah itu kepada anak yang sangat dicintainya. Kisah
bapak dan anak ini dapat menjadi pelajaran bagi unat Islam yang masih hidup di
zaman sekarang ini
Dalam surat Ash-Shoffat (102) disebutkan saat
Ismail berusia remaja, ayahnya (Ibrahim) memanggilnya untuk mendiskusikan
sesuatu. Ibrahim menceritakan kepada Ismail bahwa dirinya telah mendapatkan
perintah dari Allah SWT melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Saat itu
Ibrahim menanyakan kepada Ismail : "Bagaimana menurutmu, wahai
Ismail?". Lalu Ismail menjawab : "Wahai ayah, laksanakan perintah
Allah SWT yang dimandatkan untukmu. Saya akan sabar dan ikhlas atas segala yang
diperintahkanNya". Setelah Ibrahim dan Ismail kedua-duanya ikhlas untuk
menjalankan perintah itu, ternyata Allah SWT mengganti Ismail menjadi domba.
Dapat
dicermati bahwa Ibrahim tidak hanya mampu melaksanakan perintah Allah SWT, tetapi
juga kebijaksanaannya dalam menyampaikan sebuah perintah. Ibrahim tidak
langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dengan
taktik menculik, teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa banyak
tetapi tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut dihadapannya.
Perintah Allah SWT disampaikannya dengan transparan.
Begitu
pula dengan Ismail, merupakan anak yang patuh dan mengerti kedudukan
orangtuanya. Sebagai anak, dia tidak memberontak dan tidak bimbang dalam memberikan
jawaban yang memancarkan keimanan dan tawakkal kepada Allah SWT. Dia tidak
melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau
dengan kekerasan untuk memprotes kehendak bapaknya.
Alangkah
indahnya apabila setiap umat Islam dapat menerapkan perilaku bapak dan anak
seperti diatas dalam kehidupan sehari-hari. Bagi umat Islam yang memegang
jabatan, baik jabatan pemerintah, perusahaan atau lainnya, dapat menjalankan
amanah seolah-olah sebagai bapak bagi rakyat atau anak buahnya, dan menjauhi
krepentingan pribadi dan golongannya. Bagi umat Islam yang menjadi warga
masyarakat biasa, dapat memposisikan dirinya sebagai anak dengan mematuhi dan
menjalankan aturan pemerintah atau perusahaan. Tentu saja tetap kritis bila ada
hal yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Datangnya
Hari Raya Idul Adha 1441 H ini, mengingatkan kembali kepada umat Islam agar selalu
berusaha bertakwa kepada Alloh SWT dan dapat belajar dari keihlasan Ibrahim dan
Ismail.
Tulisan
ini juga tampil pada harian Kedaulatan Rakyat edisi Jumat, 17 Juli 2020 pada
kolom MUTIARA JUMAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar