Judul buku : Sains Religius Agama
Saintifik
Penulis : Haidar Bagir &
Ulil Abshar Abdalla
Penerbit : Mizan
Cetakan : Agustus - 2020
Jumlah halaman : 168
Munculnya
dilemma yang berkepanjangan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama terjadi
karena adanya perbedaan orientasi struktur sosial yang ingin dicapai dalam
masyarakat. Sebenarnya sains dan agama dalam konteks kajian sosial,
primordialnya memiliki kesamaan kegunaan yaitu untuk kepentingan manusia secara
emosional dan rasio.
Pada
prinsipnya, sains dapat berkembang apabila dilandasi dengan perasaan tidak
percaya, sehingga muncul adanya penelitian yang menghasilkan penemuan baru. Hasil
temuan baru inipun juga ada pihak yang tidak percaya, lalu mengadakan
penelitian yang juga menghasilkan temuan baru lagi. Begitu seterusnya, sehingga
selalu berkemang dan berkembang lagi. Untuk agama, dapat berkembang diawali
dengan rasa percaya.
Buku Sains Religius Agama Saintifik tulisan Haidar
Bagir & Ulil Abshar Abdalla terbitan http://mizanpublishing.com/ ini menawarkan upaya mengurai peran
keduanya sebagai jalan mencari kebenaran. Ada apresiasi atas segi-segi sains
yang bermanfaat bagi agama, terutama dalam menyingkap kenyataan fisikal-empiris
alam semesta dan aplikasinya dalam kehidupan manusia. Ada pengakuan bahwa agama
mengandung segi-segi yang dapat memberi kontribusi pada sains, terutama menyangkut
inspirasi, nilai dan tujuan.
Di
halaman 28 disebutkan wajar apabila dalam beragama dapat berperilaku ekstrim. Agama
dalam konteks kajian sosial merupakan sebuah pengakuan personal maupun kolektif
terhadap unsur suprarasional yang mempengaruhi pembentukan sistem dan lembaga
sosial keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu agama diposisikan
dalam mainstream universal yang harus dipandang dari sudut antropologis dan
historis.
Pada
halaman 35 disebutkan bahwa metode sanis lebih baik daripada agama. Terbukti dengan
perkembangan sains yang sangat pesat pada masa modern telah memberikan
kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Namun ironisnya, perkembangan itu
tidak disertai dengan landasan etik dan moral yang selama ini menjadi landasan
mendasar dalam agama. Dengan demikian sains semakin meninggalkan jauh peran
agama karena dianggap tidak akomodatif dan mengekang kebebasan manusia dalam
struktur sosialnya.
Berdasarkan
berbagai kenyataan diatas maka pada dasarnya peran agama akan mendapatkan
hegemoninya kembali sebagai konsep paling esensial dan fundamental dalam
kehidupan manusia. Berbagai kemajuan yang diperoleh manusia hanya memberikan
makna yang bersifat tentatif, sebaliknya manusia merindukan agama sebagai arah
yang dapat mewujudkan tujuan dan makna kehidupan manusia dalam kesemestaan
makna. Disamping itu, agama juga dapat mulai dibutuhkan untuk menjadi kontrol
moral dan etika bagi ilmuwan sehingga sains yang dihasilkan akan memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sosialnya.
Masih
banyak lagi isu sains dan agama dijabarkan dalam buku ini. Dengan gaya populer
dari penulis, hal yang tampak beratpun dapat dinikmati dengan ringan tanpa
kehilangan argumen-argumen penting. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa
sains dan agama merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan.