Minggu, 13 September 2020

Menakar Hubungan Sains dan Agama

 

Judul buku                  : Sains Religius Agama Saintifik

Penulis                         : Haidar Bagir & Ulil Abshar Abdalla

Penerbit                       : Mizan

Cetakan                       : Agustus - 2020

Jumlah halaman           : 168



Munculnya dilemma yang berkepanjangan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama terjadi karena adanya perbedaan orientasi struktur sosial yang ingin dicapai dalam masyarakat. Sebenarnya sains dan agama dalam konteks kajian sosial, primordialnya memiliki kesamaan kegunaan yaitu untuk kepentingan manusia secara emosional dan rasio.

Pada prinsipnya, sains dapat berkembang apabila dilandasi dengan perasaan tidak percaya, sehingga muncul adanya penelitian yang menghasilkan penemuan baru. Hasil temuan baru inipun juga ada pihak yang tidak percaya, lalu mengadakan penelitian yang juga menghasilkan temuan baru lagi. Begitu seterusnya, sehingga selalu berkemang dan berkembang lagi. Untuk agama, dapat berkembang diawali dengan rasa percaya.

Buku Sains Religius Agama Saintifik tulisan Haidar Bagir & Ulil Abshar Abdalla terbitan http://mizanpublishing.com/ ini menawarkan upaya mengurai peran keduanya sebagai jalan mencari kebenaran. Ada apresiasi atas segi-segi sains yang bermanfaat bagi agama, terutama dalam menyingkap kenyataan fisikal-empiris alam semesta dan aplikasinya dalam kehidupan manusia. Ada pengakuan bahwa agama mengandung segi-segi yang dapat memberi kontribusi pada sains, terutama menyangkut inspirasi, nilai dan tujuan.

Di halaman 28 disebutkan wajar apabila dalam beragama dapat berperilaku ekstrim. Agama dalam konteks kajian sosial merupakan sebuah pengakuan personal maupun kolektif terhadap unsur suprarasional yang mempengaruhi pembentukan sistem dan lembaga sosial keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu agama diposisikan dalam mainstream universal yang harus dipandang dari sudut antropologis dan historis.

Pada halaman 35 disebutkan bahwa metode sanis lebih baik daripada agama. Terbukti dengan perkembangan sains yang sangat pesat pada masa modern telah memberikan kontribusi positif bagi kehidupan manusia. Namun ironisnya, perkembangan itu tidak disertai dengan landasan etik dan moral yang selama ini menjadi landasan mendasar dalam agama. Dengan demikian sains semakin meninggalkan jauh peran agama karena dianggap tidak akomodatif dan mengekang kebebasan manusia dalam struktur sosialnya.

 Dalam realitasnya sains hanya menyentuh dan berada dalam tataran realitas yang dangkal dari totalitas kesemestaan hidup manusia. Hal ini ditandai dengan kemiskinan spritual yang menyebabkan sering hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pelaksanaan sains tersebut. Dengan demikian sangat pantas apabila  agama ditempatkan dalam fenomena modern untuk dijadikan sebagai kontrol pribadi dan sosial.

Berdasarkan berbagai kenyataan diatas maka pada dasarnya peran agama akan mendapatkan hegemoninya kembali sebagai konsep paling esensial dan fundamental dalam kehidupan manusia. Berbagai kemajuan yang diperoleh manusia hanya memberikan makna yang bersifat tentatif, sebaliknya manusia merindukan agama sebagai arah yang dapat mewujudkan tujuan dan makna kehidupan manusia dalam kesemestaan makna. Disamping itu, agama juga dapat mulai dibutuhkan untuk menjadi kontrol moral dan etika bagi ilmuwan sehingga sains yang dihasilkan akan memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sosialnya.

Masih banyak lagi isu sains dan agama dijabarkan dalam buku ini. Dengan gaya populer dari penulis, hal yang tampak beratpun dapat dinikmati dengan ringan tanpa kehilangan argumen-argumen penting. Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa sains dan agama merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mencontoh Kehidupan Nabi Muhammad SAW

  Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1445 H . ...